Keutamaan Ridha kepada Allah, Rasul-Nya, serta Agama Islam
عَنْ الْعَبَاسِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبْ -رضي الله عنه-، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللَّهِ ﷺ يَقُوْلُ : ذَاقَ طَعْمَ الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا. (رواه مسلم)
Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib رضي الله عنه , bahwa dia telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah سبحانه وتعالى sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad ﷺ sebagai rasulNya”1 .
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan ridha kepada Allah سبحانه وتعالى , Rasul-Nya dan agama Islam, bahkan sifat ini merupakan pertanda benar dan sempurnanya keimanan seseorang2 .
Imam an-Nawawi – semoga Allahl merahmatinya – ketika menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata: “Orang yang hanya menghendaki (ridha) Allah عزوجل, dan hanya menempuh selain jalan agama Islam, serta tidakmelakukan ibadah kecuali dengan petunjuk syariat (yang dibawa oleh) Rasulullah ﷺ, tidak diragukan lagi orang yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata)”3 .
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Arti “ridha kepada sesuatu” adalah merasa cukup dan puas dengannya, serta tidak menginginkan selainnya”4 .
- Arti “merasakan kelezatan/kemanisan iman” adalah merasakan kenikmatan ketika mengerjakan ibadah dan ketaatan kepada Allah, bersabar dalam menghadapi kesulitan dalam (mencari) ridha Allahl dan rasul-Nya ﷺ, dan mengutamakan semua itu di atas balasan duniawi, disertai dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan (segala) perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya5 .
- Makna “ridha kepada Allah سبحانه وتعالى sebagai Rabb” adalah ridha kepada segala perintah dan laranganNya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan dicegah-Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan ridha kepada-Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya6 .
- Makna “ridha kepada Islam sebagai agama” adalah merasa cukup dengan mengamalkan syariat Islam dan tidak akan berpaling kapada selain Islam. Demikian pula “ridha kepada nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul” artinya hanya mencukupkan diri dengan mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah ﷺ dalam beribadah dan mendekatkan diri kepadaAllah, serta tidak menginginkan selain petunjuk dan sunnah beliau ﷺ 7 .
- Sifat yang mulia inilah dimiliki oleh para sahabat Rasulullah ﷺ , generasi terbaik umat ini, yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah سبحانه وتعالى , kemudian karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allahl Sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَۙ
Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS al-Hujuraat:7).
Juga yang disebutkan dalam hadits shahih: “Memang demikian (keadaan) iman ketika kemanisan/kelezatan iman itu telah masuk dan menyatu ke dalam hati manusia (para sahabat)”8 .
Footnote:
1 HSR Muslim (no. 34).
2 Lihat kitab “Syarh shahih Muslim” (2/2) dan “Tuhfatul ahwadzi” (7/311).
3 Kitab “Syarh shahih Muslim” (2/2).
4 Lihat kitab “Syarh shahih Muslim” (2/2).
5 Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (7/312).
6 Lihat kitab “Fiqhul asma-il husna” (hal. 81).
7 Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (3/557).
8 HSR al-Bukhari (no. 7).
EDISI KHUSUS (04-05) /THN. XIV/RAMADHAN-SYAWAL 1431H/AGUSTUS-SEPTEMBER 2010M
Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/keutamaan-ridha-kepada-allah-rasul-nya-serta-agama-islam/